Pasang Iklan Gratis

Dampak Tarif Trump Bisa Lebih Buruk dari Resesi

 Pendiri perusahaan investasi Bridgewater, Ray Dalio, menyatakan kekhawatirannya terhadap dampak kebijakan tarif Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.

Ia menilai kebijakan yang berubah-ubah itu bisa mengancam stabilitas ekonomi global.

"Saat ini kita berada pada titik pengambilan keputusan dan sangat dekat dengan resesi," kata Dalio dalam wawancara di program Meet the Press di NBC News

"Dan saya khawatir tentang sesuatu yang lebih buruk daripada resesi jika ini tidak ditangani dengan baik," sambungnya.

Miliarder pendiri dana lindung nilai (hedge fund) itu menyebut ada tiga hal yang jadi sumber kekhawatirannya: gangguan perdagangan global, meningkatnya utang nasional AS, dan pergeseran kekuatan dunia yang melemahkan struktur ekonomi serta geopolitik internasional yang telah dibangun sejak akhir Perang Dunia II.

"Kita sedang bergerak dari sistem multilateral—yang sebagian besar merupakan tatanan dunia versi Amerika—ke sistem unilateralisme yang dipenuhi konflik besar," ujarnya.

Menurut Dalio, ada lima kekuatan besar yang membentuk jalannya sejarah: ekonomi, konflik politik dalam negeri, tatanan internasional, teknologi, dan bencana alam seperti banjir atau pandemi.

Ia menilai kebijakan tarif Trump memang memiliki tujuan yang bisa dipahami. Namun, cara penerapannya justru memicu gejolak.

"Tarif itu diterapkan dengan cara yang sangat mengganggu, sehingga menciptakan konflik global," kata Dalio.

Kebijakan Trump telah mengubah wajah perdagangan internasional secara signifikan.

Pada Rabu, Trump mengumumkan jeda selama 90 hari terhadap kebijakan "tarif timbal baliknya."

Meski begitu, ia tetap mempertahankan bea masuk dasar sebesar 10 persen dan tarif timbal balik setinggi 145 persen khusus untuk produk dari China.

Bea Cukai dan Perlindungan Perbatasan AS sempat mengumumkan pengecualian terhadap tarif timbal balik ini, terutama untuk produk elektronik buatan China seperti ponsel, komputer, dan semikonduktor.

Pengecualian diumumkan pada Jumat malam. Namun, barang-barang tersebut tetap dikenakan tarif lain sebesar 20 persen yang sudah diberlakukan sejak awal tahun.

Menteri Perdagangan AS, Howard Lutnick, kemudian menyampaikan pada Minggu bahwa pengecualian itu bersifat sementara dan bisa dicabut sewaktu-waktu.

Dalam unggahannya di platform media sosial X pada Rabu, Dalio meminta agar AS dan Tiongkok merundingkan kesepakatan perdagangan yang saling menguntungkan.

Salah satu poin yang ia dorong adalah penguatan mata uang yuan terhadap dolar AS. Dalio juga meminta kedua negara untuk serius menangani persoalan utang yang terus membengkak.

Dalam acara yang sama, Dalio menyerukan agar Kongres AS menurunkan defisit anggaran federal menjadi 3 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). Pernyataan ini mengulang pandangannya saat berbicara dalam acara Converge Live CNBC, Maret lalu.

"Jika tidak, kita akan menghadapi krisis permintaan dan penawaran utang di tengah berbagai persoalan lain. Akibatnya bisa lebih buruk daripada resesi biasa," kata Dalio.

Ia menambahkan, nilai uang itu sendiri bisa ikut terancam.

Menurut Dalio, kehancuran pasar obligasi—ditambah konflik internal dan internasional—dapat mengguncang sistem moneter global lebih hebat daripada saat Presiden Richard Nixon meninggalkan standar emas pada 1971 atau krisis keuangan global pada 2008.

Namun, semua itu masih bisa dicegah.

"Perubahan besar ini bisa dihindari jika para pembuat kebijakan bekerja sama mengurangi defisit dan menghindari konflik serta kebijakan yang tidak efisien di tingkat global," kata Dalio.

0 Response to "Dampak Tarif Trump Bisa Lebih Buruk dari Resesi"

Posting Komentar