Pasang Iklan Gratis

Ekonomi Indonesia dinilai tunjukkan stabilitas struktural

 Global Chief Economist Juwai IQI Shan Saeed mengatakan ekonomi Indonesia tengah menunjukkan stabilitas struktural, yang jarang dimiliki oleh negara berkembang lainnya di kawasan.

Indonesia mencatatkan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,04 persen year year (yoy) atau 1,43 persen quartal on quartal (qoq) pada kuartal III 2025, yang mencerminkan ekspansi tangguh dan menyeluruh.

"Indonesia sedang menunjukkan stabilitas struktural yang jarang dimiliki negara berkembang lain di kawasan," ujar Saeed sebagaimana keterangan yang diterima di Jakarta, Rabu.

Saeed mengatakan capaian Indonesia pada kuartal III 2025 bukanlah tanda perlambatan, melainkan fase mid-cycle consolidation, yaitu sebuah jeda sehat dalam lintasan pertumbuhan yang kuat dan berkelanjutan.

"Ini bukan perlambatan, tapi konsolidasi sehat di tengah siklus ekonomi yang tetap konstruktif," ujar Saeed.

Menurutnya, Indonesia masih menjadi jangkar ketenangan makroekonomi di kawasan ASEAN, berkat kombinasi kebijakan fiskal dan moneter yang disiplin serta fundamental domestik yang kuat.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia pun diproyeksikan di kisaran 5,0-5,8 persen (yoy) sepanjang tahun 2025.

Saeed melanjutkan sejumlah indikator utama menunjukkan bahwa ekonomi Indonesia siap untuk kembali berakselerasi pada akhir 2025.

PMI manufaktur tercatat naik ke level 51,2 pada Oktober 2025, yang memperpanjang fase ekspansi selama 25 bulan berturut-turut dan menandakan pesanan baru dan aktivitas ekspor yang sehat.

Kemudian, surplus neraca perdagangan sebesar 3,2 miliar dolar AS pada September 2025, menandai 65 bulan berturut-turut posisi neraca positif, didukung ekspor logam EV seperti nikel, tembaga, dan kobalt.

Di sisi pariwisata, jumlah wisatawan mancanegara mencapai 11,2 juta selama Januari-September 2025, dan diperkirakan menembus 14 juta pada akhir 2025 dan memberikan kontribusi sekitar 1,2 poin persentase terhadap PDB sektor jasa.

Lebih lanjut, indeks penjualan ritel tumbuh 3,1 persen (yoy) pada September 2025, dengan inflasi stabil di 2,86 persen (yoy) pada Oktober 2025, yang menunjukkan daya beli masyarakat tetap solid.

"Dengan PMI di atas 50, surplus perdagangan yang berkelanjutan, dan momentum pariwisata akhir tahun, saya memperkirakan PDB kuartal IV bisa mendekati 5,5-5,6 persen. Indonesia masih berada di jalur pertumbuhan yang sehat," ujar Saeed.

Saeed mengatakan bahwa konsumsi domestik dan ekspor merupakan dua pilar utama yang menopang ekspansi ekonomi Indonesia.

Konsumsi rumah tangga yang menyumbang 53,8 persen PDB tetap kuat dengan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) di level 103,2 pada September. 2025

"Musim liburan dan bonus akhir tahun diperkirakan akan memperkuat momentum ini," ujar Saeed.

Sementara itu, ekspor tumbuh 11,4 persen (yoy) menjadi 23,7 miliar dolar AS pada September 2025, didorong oleh bahan bakar mineral yang tumbuh 18 persen (yoy), besi dan baja tumbuh 15 persen (yoy), serta mesin tumbuh12 persen (yoy).

Adapun impor tumbuh 7,2 persen (yoy), yang menunjukkan aktivitas produksi dan investasi yang dinamis.

"Semua kredit patut diberikan kepada Bank Indonesia (BI). BI telah berhasil menjaga stabilitas struktural rupiah tanpa menekan pertumbuhan kredit," kata Saeed.

Saeed mengungkapkan salah satu kekuatan tersembunyi Indonesia terletak pada sinergi kebijakan fiskal dan moneter.

Defisit fiskal diperkirakan hanya 1,9 persen dari PDB, yang menunjukkan disiplin anggaran di bawah kerangka konsolidasi fiskal.

Sementara, realisasi belanja infrastruktur mencapai 75,3 persen per September, menandakan efek pengganda yang akan muncul di kuartal IV 2025.

Di sisi moneter, suku bunga acuan atau BI7DRR di level 6,00 persen dan berhasil menjaga stabilitas rupiah sekaligus menahan inflasi inti di kisaran 1,9-2,0 persen.

Pertumbuhan kredit yang mencapai 9,4 persen (yoy) menandakan kebijakan moneter tetap pro-pasar.

"Kombinasi kebijakan fiskal yang disiplin dan moneter yang kredibel adalah senjata rahasia Indonesia. Sinergi keduanya menciptakan bantalan kebijakan yang memperkuat ketahanan ekonomi sekaligus menarik arus investasi asing langsung dan portofolio," ujar Saeed.

Dalam kondisi saat ini, Saeed merekomendasikan investor untuk tetap taktis menghadapi kuartal IV 2025 dan awal 2026.

Menurutnya, sektor keuangan dan perbankan akan diuntungkan oleh tingginya rasio CASA dan peningkatan pendapatan berbasis fee menjelang musim liburan.

Kemudian, sektor konsumer dan ritel juga berpotensi tumbuh seiring daya beli yang kuat, didukung harga pangan yang stabil, diantaranya cabai turun 8 persen month to month (mtm), dan ayam broiler turun 6 persen (mtm).

Selain itu, infrastruktur dan logistik mendapatkan momentum dari realisasi belanja modal pemerintah, sedangkan logam dan energi, terutama pengolahan nikel matte, tembaga katoda, dan kobalt sulfat, tetap menjadi penopang ekspor jangka menengah.

Pada akhirnya, Saeed menyimpulkan bahwa narasi makroekonomi Indonesia tetap konstruktif dan kredibel, dengan pertumbuhan sekitar 5,1 persen year to date (ytd), dan peluang akselerasi ke 5,5-5,6 persen (yoy) pada kuartal IV 2025.

Inflasi terjaga di level 2,86 persen dan menjadi salah satu yang terendah di G20, rupiah stabil di Rp 15.300-15.400 per dolar AS, sementara defisit fiskal di bawah 2 persen yang menunjukkan disiplin anggaran yang kuat.

"Stabilitas adalah strategi Indonesia, dan pertumbuhan adalah hadiahnya. Dalam dunia yang dipenuhi ketidakpastian dan volatilitas modal, Indonesia tetap menjadi jangkar makroekonomi Asia Tenggara," ujar Saeed.

0 Response to "Ekonomi Indonesia dinilai tunjukkan stabilitas struktural"

Posting Komentar